TERIKAT .18

Perlahan taksi menepi. Vila Alam indah blok B no.10, rumah dominan warna coklat, sepertinya memang tepat ada didepannya kini. “terima kasih yah pak” setelah membayar ongkos taksi Cody pun turun.

“dasar dua teman yang tidak setia kawan, meninggalkan aku sendiri, untung alamatnya gak aneh-aneh” gerutunya sambil perlahan mendekat kearah rumah.

Cody sibuk melihat kedalam pagar, siapa tahu bisa melihat Lukas dan Hervant lalu membukakan pagar untuknya.

“permisi! Selamat siang! Lukas! Hervant!!” teriaknya keras, tidak ada bel atau apapun disana, namun saat ia hendak berteriak lagi, tanpa sengaja pagar teralis besi tinggi itu terdorong olehnya, sepertinya memang bisa langsung masuk saja. Dinaikkan tasnya kebahunya, jangan-jangan ia salah alamat, kenapa begitu sepi?

“wah kemana semua orang?”

Baru saja Cody hendak menginjakkan kakinya lebih dalam, tiba-tiba dari arah taman meloncat bayangan hitam kearahnya

“guk guk guk guk!!!”

Tanpa dapat mengontrol dirinya Cody jatuh terduduk kebelakangnya, terkejut bukan main.

“ach!!” jantungnya hampir copot. Didepannya kini gigi-gigi taring dengan penuh air liur dengan tatapan hawa pembunuh menatapnya begitu garang, anjing hitam dan besar itu mengonggonginya begitu keras “guk guk guk guk!!… errrrr!” entah apa yang membuat hewan itu begitu membencinya, seandainya tidak ada rantai yang menahannya, mungkin ia sudah digigit mati olehnya.

“ka kamu gila yah! Buat apa gonggong-gonggong begitu!!” Cody berdiri perlahan, mencoba membuat hewan itu tenang, namun sia-sia, gonggongannya justru makin keras saat Cody berdiri dan berusaha melewatinya “Errrrrrr!!!” air liurnya menetes hingga keatas rumput, sungguh sangat menakutkan

“aduh” belakangan Cody baru merasakan perih luar biasa ditelapak tangan kanannya, mungkin karena terbentur batu begitu tajam, darah segar mengalir terus hingga jatuh mengotori rumput

“errr!” hewan itu masih berjaga agar Cody tidak kemana-mana, tak lama orang dalam rumahpun keluar berhamburan, suara gonggongan anjing itu begitu keras, harusnya mereka sudah datang sejak tadi, pikir Cody jengkel sambil mengibaskan tangannya yang perih luar biasa

“Luki! Kenapa mengonggong sekeras itu, aduh kau ini kenapa sich” seorang gadis muda, cantik dan manis dengan rambut panjang terurai menarik kalung anjing hitam itu dan menjauhkannya dari Cody

Hervant dan Lukas mendekat

“hei Cod, kau gak apa-apa khan?” tanya Hervant sambil memeriksa tangan Cody yang terus mengeluarkan darah. Cody terus mengamati anjing itu, kenapa hewan itu terus memperlihatkan taringnya padanya? Apa tampangnya seperti penjahat?

“he baru kali ini digonggongi anjing, aneh, biasanya mereka tuh suka sama aku” saat seperti itu Cody masih sempat saja bercanda.

ICE CREAM :)

Angin bertiup cukup kencang. Perlahan daun yang kering jatuh dari dahannya. Jojo berhenti. Mendongak keatasnya dimana pohon dengan daun yang sebagian menguning tertiup angin bak menari dengan indahnya. Perjalanan kesekolahnya memang menyenangkan, sepanjang jalan, pohon yang amat rindang mengiringi langkahnya, bahkan bernyanyi dengan irama lembut saat angin menggoyang daun dan dahannya. Gadis muda itu menarik nafas panjang, menghirup lama dan jauh kedalam dadanya udara yang begitu bersih pagi itu ”hmmmm” tak ada hal yang lebih indah selain menikmati alam yang amat bersahabat kini, bahkan melebihi apapun, mengingat ia mungkin tidak memiliki banyak sekali yang berharga, selain dirinya, dan alam disekitarnya.

Laporan lalu lintas, jalan-jalan utama kota padat merayap, beberapa kendaraan melintas bahkan dengan kecepatan tinggi. Hujan baru turun tadi, hanya sebentar, tapi cukup deras, sehingga meninggalkan genangan-genangan air yang cukup dalam ditepi-tepi jalan. Dengan begitu santainya Jojo melenggang disepanjang trotoar kearah restorannya, saat yang begitu tenang, udara tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin, benar-benar menyenangkan, tapi, baru saja berkedip sebuah sedan sporty melintas cepat disampingnya menimbulkan cipratan lumpur cukup keras kearahnya, hampir saja benar-benar mengenainya seandainya ia tidak berhenti dan mundur selangkah dengan cepat segera

“aduh! hei hati-hati donk jalannya!” serunya kesal. JoJo melipat wajahnya kecut, diangkat sepatunya yang sedikit terkena cipratan lumpur

“aduh sepatuku, dasar orang bodoh!” serunya kembali keras saat kendaraan sudah cukup jauh, hanya berniat menumpahkan kekesalannya yang begitu besar.

Tapi, tiba-tiba kendaraan itu mengerem dengan cepat “Chiiit” dan berhenti beberapa langkah didepannya, JoJo terdiam, kedua matanya membesar, apa orang itu mendengarnya tadi? Tapi mana mungkin, gentarnya dalam hati sambil menelan ludahnya bulat-bulat, gawat, pikirnya, orang kaya itu semuanya sombong dan tidak tahu diri, bisa-bisa ia diminta ganti rugi karena mengatainya bodoh tadi, bisa jadi masalah besar, harga kendaran itu saja mahalnya bukan main! Serunya dalam hati. Ditegakkan berdirinya saat kendaraan mewah itu perlahan mundur kearahnya

“aduh, kenapa mundur, maju terus sana, yang benar saja masach dengar sich”

Deru mesin kendaraan import itu hampir tak terdengar, benar-benar mulus.  Jojo tak berani bergerak, ia paling takut sama yang namanya orang kaya, mereka semua sadis dan tidak berperasaan, berharap saja bukan karena dirinya, orang itu memutuskan berhenti, walau ia berteriak tadi tapi kalau sampai menimbulkan masalah, itu akan amat merepotkan. Ditelan kembali ludahnya bulat-bulat

“euch”

Setelah ditunggu dengan perasaan berdebar-debar, jendela perlahan diturunkan, ternyata hanya seorang pemuda seusianya, begitu tampan, dengan sunglass berwarna coklat yang segera dilepasnya, sepasang matanya yang indah memandang JoJo tajam, ia West yang seperti biasa minim ekspresif.

“mengatakan orang bodoh, seenaknya saja” gerutu West gemas, cukup lama juga Jojo tertegun ditempatnya dengan mata membesar, benar-benar pemandangan yang begitu indah

“wah pangeran” baru ingat, waktu kerjanya sudah mulai sejak tadi, ia harus bergegas. Bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa JoJo melanjutkan langkahnya, namun baru satu langkah

“hei tadi bilang apa!? mau kabur yah!” seru West keras, JoJo menoleh perlahan, semua tulang lehernya enggan berkompromi, sulit sekali digerakkan

“eh a apa? eh” ditunjukkan telunjuk kemukanya “eh a aku?”

West makin geram melihat tingkah bodoh JoJo, dibuka pintu kendaraannya dan melangkah keluar

“aduh gak usah keluar” gumam JoJo dalam hati, sosok pemuda itu begitu tinggi, bahkan JoJo perlu mendongak untuk melihatnya, ia harum, tapi bukan bau parfum atau semacamnya, lebih seperti bau permen strawberry yang manis, JoJo seketika merasa tenang berada didekatnya. Namun ia segera tersadar dan dengan cepat mundur kembali, otaknya mulai berpikir jernih, boleh saja cowok keren didepannya begitu tampan dan sempurna baik dari cara berpakaian dan tingkah lakunya, tapi ia seperti anak harimau, suaranya saja membuat bulu kuduknya berdiri, dengan wajah bodoh Jojo membela diri

“eh ka kalau jalan lihat-lihat donk, ini khan ada genangan air, ka kalau cipratannya kena badanku semua bagaimana? Mentang-mentang punya mobil lalu hebat? Lihat sepatuku kotor semua”

West menurunkan pandangannya kebawah kaki JoJo, karena malu, JoJo berusaha menyembunyikan kakinya dibalik celana panjangnya yang juga sedikit kena Lumpur, mula-mula ekspresi wajahnya tadi seolah ingin menerjang JoJo hingga jatuh, tapi, setelah menegakkan kepalanya kembali, dan melihat ekspresi wajah Jojo yang bodoh, emosinya tiba-tiba mereda dengan sendirinya

“e a aku gantikan sepatunya, memangnya butuh berapa sich” dengan angkuhdikeluarkan dompetnya, ukuran dompetnya boleh sama dengan milik Jojo, tapi jumlah kartu debet dan lembaran uang didalamnya, gadis itu sampai tak berkedip melihatnya. Jojo mengerutkan dahinya dalam, ia memang begitu mencintai uang, tapi dengan cara seperti itu ia jadi berpikir cowok keren dan cakep dan wangi dan juga tajir didepannya sudah menghinanya, dengan segera ia lalu bertolak pergi tanpa bicara apa-apa. Saat mengangkat wajahnya West baru sadar cewek tadi sudah melenggok pergi

“eh hei!” serunya, Jojo terus mengerutu sepanjang jalan

“mentang-mentang orang kaya seenaknya begitu, memangnya kalau punya uang banyak lalu kenapa, pake acara beli mobil import lagi, harganya pasti mahal sekali, pajaknya saja gak kebayang mahalnya, lebih baik uangnya buat makan saja, tapi apa hebatnya, pasti uang orang tuanya, dunia benar-benar tidak adil”

West menyusulnya “eh kau dengar tidak? Kalau memang sepatumu kotor gara-gara cipratan tadi, tidak apa donk aku ganti, eh ..”

“bawa pulang saja uangmu, memangnya yang perlu siapa?” seru Jojo ketus, West akhirnya berhenti mengejar, terdiam ditempatnya, memandang punggung JoJo yang semakin lama semakin menjauh diujung trotoar “hei!!” serunya kembali

NOAH’S

Ada masa, dimana kita ingin sekali melarikan diri sejenak dari kenyataan hidup, Saat, dimana kita merasa jenuh dan benar-benar berharap akan menemukan perubahan dalam setiap detik hidup yang kita jalani, Ada masa, dimana rasanya ingin sekali menghentikan jarum jam untuk berpikir sejenak sebelum akhirnya waktu terus mengejar langkah kita, Namun, rasanya begitu sulit, saat membuka mata dan menemukan bahwa semua itu sangat mustahil untuk dilakukan, bahwa, kaki kita tetap pada tempatnya, dan tidak bisa lari dari semuanya begitu saja. (Noah Pg. 01)

TERIKAT

…..tidak ada yang tahu, seperti apa rupa setelah kematian itu sebenarnya, apakah benar, ada cahaya putih yang menunggu diujung terowongan?

Apakah, seperti apa yang sering disaksikan beberapa orang, ada malaikat yang menjemput didepan pintu? tempat berkumpul seperti terminal, dimana para arwah menunggu untuk didata, entah ia menuju neraka atau surga? Lalu, apa benar ada yang namanya surga, dan juga neraka?

Sesungguhnya, tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana proses setelah jiwa meninggalkan jasad setelahnya, semua itu, tetap menjadi sebuah rahasia besar, yang bahkan tidak akan pernah bisa diketahui siapapun, tidak bagi orang yang masih hidup dan memiliki jasadnya sendiri hingga kini.

Lalu, bagaimana penjelasan logis, bagi arwah yang tertinggal dibumi? Apakah, itu semua ada? Atau hanya karangan iseng sebagian orang, yang tanpa sengaja menjadi saksi kemunculannya? Apakah semua itu sebagai bentuk, dari hal yang benar-benar ingin dilihatnya? Atau, sesuatu bentuk dari kesalahan masa lalu yang tak pernah bisa dilupakannya?….